Ethos, Phatos, dan Logos
Sejalan dengan apa yang dikatakan Aristoteles, dalam berargumentasi hal yang harus
diperhatikan adalah; Pertama, ethos
(kredibilitas). Seorang argumentator harus menunjukkan ethos atau kredibilitas
dalam dirinya, tujuannya adalah untuk meyakinkan mendengar ataupun pembaca bahwa
apa yang kita ungkapkan layak di dengar maupun dibaca, karena salah satu
masalah argumentasi adalah bagaimana kita berusaha memunculkan kesan pembaca
maupun pendengar bahwa argumentator adalah orang yang pantas untuk menyampaikan
pesan tersebut. Misalnya, Adi adalah seorang mahasiswa yang menjadi pembicara
dalam sebuah acara seminar nasional di sebuah universitas. Adi menyampaikan isi
seminar tentang lingkungan dan ingin mempengaruhi peserta seminar untuk ikut menjadi
relawan lingkungan sebuah LSM yang ia ketuai. Ketika Adi berbicara di depan
peserta seminar yang notabenenya adalah sesama mahasiswa, maka hal pertama yang
harus ia bangun adalah ethos dalam dirinya, sehingga mahasiswa lainnya menganggap
bahwa ia pantas berbicara dihadapan mereka. Hal yang dilakukan misalnya
menunjukkan apa saja yang telah ia perbuat untuk lingkungan, sebesar apa
perannya dalam LSM yang dinaunginya, prestasi yang pernah dibuatnya, dan
lainnya. Jika Adi berhasil membangun ethos dalam dirinya, maka peserta
seminarpun akan mengikuti seminar itu dengan baik, namun jika sebaliknya yang terjadi
adalah berkurang satu persatu mahasiswa yang hadir dalam seminar tersebut, atau
lebih parah lagi adalah mahasiswa yang datang tidak mempedulikan pesan yang
disampaikan dan hanya mengharapkan sertifikat yang akan diberikan di akhir
acara seminar.
Kedua, phatos
(emosional). Hal lain yang harus diperhatikan oleh seorang argumentator dalam
menyampaikan pesannya adalah bagaimana pesan tersebut mampu memunculkan emosi
pendengar maupun pembacanya. Emosi yang mampu dibangun oleh seorang
argumentator akan mempengaruhi sikap pendengar maupun pembaca dalam menilai
pesan yang disampaikan. Untuk membangun phatos/ emosional pendengar maupun
pembaca, hal yang penting harus diperhatikan adalah pemilihan bahasa yang
digunakan, misalnya menggunakan bahasa yang mampu memunculkan sikap simpati,
empati, dan lainnya. Contohnya, ketika
Adi telah berhasil membangun pathos dalam dirinya sebagai pembicara dihadapan
sesama mahasiswa dan dianggap pantas menjadi pembicara, untuk mengajak
mahasiswa agar mau menjadi relawan hal lain yang harus dilakukan adalah
membangun emosi peserta seminar yang datang, misalnya menampilkan kondisi
lingkungan saat ini, memperlihatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang terjadi,
diperkuat dengan penjelasan yang baik, tujuannya adalah memunculkan sikap
simpati dan empati pendengar sehingga pendengar tergerak dengan sendirinya dan
merasa perlu untuk menjadi relawan di LSM tersebut.
Ketiga,
logos (logis). Ketika seorang
argumentator menyampaikan sebuah pesan, hal krusial yang tidak boleh dilupakan
adalah bagaimana pesan tersebut mampu dipertanggungjawabkan. Hal ini kemudian
yang membuat ‘alasan’ sebuah pesan menjadi penting ketika ingin mempengaruhi
pikiran orang lain untuk menerima atau menolak apa yang argumentator sampaikan.
Penerimaan dan penolakan seseorang terhadap pesan didukung dari apakah hal
tersebut logis dan sejalan dengan pikirannya ataupun tidak, dalam hal ini jika
argumentator mampu membuat pernyataan yang logis dan mampu
dipertanggungjawabkan kemungkinan besar dapat mengubah apa yang telah menjadi
stigma pembaca maupun pendengar, dan ketika hal itu terjadi maka argumentasi
yang disampaikan dikatakan telah berhasil. Misalnya, ketika Adi mengajak
mahasiswa untuk menjadi relawan, Adi menyampaikan misi-misi LSM yang
menaunginya untuk memperkuat argumen yang disampaikan. Misi-misi yang disampaikan
dengan jelas, lugas, dan penuh ketegasan, sehingga dapat dijadikan
alasan-alasan kuat yang mengubah stigma negatif pendengar terhadap apa yang
disampaikan Adi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar