Corat-coret

Minggu, 23 Juni 2013

Argumentasi


Ethos, Phatos, dan Logos
Sejalan dengan apa yang dikatakan Aristoteles, dalam berargumentasi hal yang harus diperhatikan adalah; Pertama,  ethos (kredibilitas). Seorang argumentator harus menunjukkan ethos atau kredibilitas dalam dirinya, tujuannya adalah untuk meyakinkan mendengar ataupun pembaca bahwa apa yang kita ungkapkan layak di dengar maupun dibaca, karena salah satu masalah argumentasi adalah bagaimana kita berusaha memunculkan kesan pembaca maupun pendengar bahwa argumentator adalah orang yang pantas untuk menyampaikan pesan tersebut. Misalnya, Adi adalah seorang mahasiswa yang menjadi pembicara dalam sebuah acara seminar nasional di sebuah universitas. Adi menyampaikan isi seminar tentang lingkungan dan ingin mempengaruhi peserta seminar untuk ikut menjadi relawan lingkungan sebuah LSM yang ia ketuai. Ketika Adi berbicara di depan peserta seminar yang notabenenya adalah sesama mahasiswa, maka hal pertama yang harus ia bangun adalah ethos dalam dirinya, sehingga mahasiswa lainnya menganggap bahwa ia pantas berbicara dihadapan mereka. Hal yang dilakukan misalnya menunjukkan apa saja yang telah ia perbuat untuk lingkungan, sebesar apa perannya dalam LSM yang dinaunginya, prestasi yang pernah dibuatnya, dan lainnya. Jika Adi berhasil membangun ethos dalam dirinya, maka peserta seminarpun akan mengikuti seminar itu dengan baik, namun jika sebaliknya yang terjadi adalah berkurang satu persatu mahasiswa yang hadir dalam seminar tersebut, atau lebih parah lagi adalah mahasiswa yang datang tidak mempedulikan pesan yang disampaikan dan hanya mengharapkan sertifikat yang akan diberikan di akhir acara seminar.
Kedua, phatos (emosional). Hal lain yang harus diperhatikan oleh seorang argumentator dalam menyampaikan pesannya adalah bagaimana pesan tersebut mampu memunculkan emosi pendengar maupun pembacanya. Emosi yang mampu dibangun oleh seorang argumentator akan mempengaruhi sikap pendengar maupun pembaca dalam menilai pesan yang disampaikan. Untuk membangun phatos/ emosional pendengar maupun pembaca, hal yang penting harus diperhatikan adalah pemilihan bahasa yang digunakan, misalnya menggunakan bahasa yang mampu memunculkan sikap simpati, empati, dan lainnya.  Contohnya, ketika Adi telah berhasil membangun pathos dalam dirinya sebagai pembicara dihadapan sesama mahasiswa dan dianggap pantas menjadi pembicara, untuk mengajak mahasiswa agar mau menjadi relawan hal lain yang harus dilakukan adalah membangun emosi peserta seminar yang datang, misalnya menampilkan kondisi lingkungan saat ini, memperlihatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang terjadi, diperkuat dengan penjelasan yang baik, tujuannya adalah memunculkan sikap simpati dan empati pendengar sehingga pendengar tergerak dengan sendirinya dan merasa perlu untuk menjadi relawan di LSM tersebut.
Ketiga, logos (logis). Ketika seorang argumentator menyampaikan sebuah pesan, hal krusial yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana pesan tersebut mampu dipertanggungjawabkan. Hal ini kemudian yang membuat ‘alasan’ sebuah pesan menjadi penting ketika ingin mempengaruhi pikiran orang lain untuk menerima atau menolak apa yang argumentator sampaikan. Penerimaan dan penolakan seseorang terhadap pesan didukung dari apakah hal tersebut logis dan sejalan dengan pikirannya ataupun tidak, dalam hal ini jika argumentator mampu membuat pernyataan yang logis dan mampu dipertanggungjawabkan kemungkinan besar dapat mengubah apa yang telah menjadi stigma pembaca maupun pendengar, dan ketika hal itu terjadi maka argumentasi yang disampaikan dikatakan telah berhasil. Misalnya, ketika Adi mengajak mahasiswa untuk menjadi relawan, Adi menyampaikan misi-misi LSM yang menaunginya untuk memperkuat argumen yang disampaikan. Misi-misi yang disampaikan dengan jelas, lugas, dan penuh ketegasan, sehingga dapat dijadikan alasan-alasan kuat yang mengubah stigma negatif pendengar terhadap apa yang disampaikan Adi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar